Translate

Thursday, August 28, 2014

Hati-hati Mengatai

Dulu ketika saya masih muda dan bumi belum sepanas ini, pernah ada lagu beken yang dipopulerkan oleh seorang penyanyi atau raper ya saya lupa? Lirik bekennya:
"Muke lu jauh!"
"Ke laut aja!"

Kebekenan itu menyebar di seantero kawasan tempat nongkrong anak gaul dan ter-uptudate di daerah saya. Saya pun ter-influence, karena saya dulunya masuk dalam spesies anak gaul. Atau dimasuk-masukin lah ya. Kalau sekarang sih status saya nyonya gaul.

Akibat dari virus itu adalah saya sering mengatakan, "ke laut aja!" ke muka orang yang saya sebelin. Sebagai anak muda, saya dulu berdarah panas. Gampang terpancing emosi dan tentu saja banyak muka orang yang saya teriaki saya suruh pergi ke laut.

Sampai suatu ketika salah seorang teman dekat saya menegur:
"Kayaknya semua orang di kota ini udah kamu suruh ke laut deh! Kamu nggak liat, kota jadi sepi? Karena pada rame-rame piknik ke laut."

Akhirnya karena kesepian, saya pun packing dan nyusul ke laut.

Tuesday, August 26, 2014

Mahluk-mahluk Alpha

Dudut dan luka di telinga kanannya.
Perkenankanlah saya memperkenalkan Dudut,

seekor kucing Alpha di daerah perumahan saya. Pejantan berwarna oranye terang dengan taby yang lucu, serta suara ngeongan yang seperti bayi. Badannya tidak gemuk tapi bertulang besar, liat dan kekar. Pada cuping telinga kanannya terdapat bekas luka hasil dari perkelahian dengan pejantan lain, yang justru menambah kegagahannya.

Sebagai kucing Alpha, Dudut mempunyai hak-hak istimewa yang mau tidak mau diamini dalam diam oleh sejumlah kucing jelata di wilayahnya. Diantaranya: berhak untuk buang air dimana saja di wilayah tersebut tanpa mengubur tahi, berhak mengklaim makanan apapun yang dia lihat walau kucing lain terlebih dahulu menemukannya, berhak mengawini betina manapun pada daerah kekuasaannya, dan berhak menentukan tempat dimana dia mau beristirahat, pun bila tempat tersebut sudah terlebih dahulu dipakai oleh kucing jelata, cukup mendengar ngeongan Dudut yang seperti bayi, si jelata harus menyingkir.

Dudut menandai daerah kekuasaannya dengan bau air seninya yang disemprotkan pada pojok-pojok kawasan.

Berbagai hak tentunya dibarengi dengan kewajiban. Dudut berkewajiban menjaga agar para jelata tetap aman dari serangan kucing luar kawasan. Dudut juga menjaga agak kawasannya tidak terlalu penuh sesak oleh kucing-kucing lain, sehingga kucing-kucing jelatanya bisa tidur nyaman dan makan cukup.

Sebagai pihak luar yang netral dan bahkan bukan kucing, saya menilai Dudut adalah sesosok Alpha yang berkarisma, punya nilai moral, dan adil. Dudut tidak menyalah gunakan kekuasannya. Sebagai Alpha dia tidak pernah menyerang kucing-kucing jantan yang masih bayi, seperti yang biasa saya lihat dilakukan oleh alpha-alpha lain. Dudut juga tidak pernah merebut makanan dengan kekerasan. Jelatanya cukup mencintainya dan tahu diri, sehingga tanpa ditempelengpun, mereka sudah akan merelakan makanan mereka untuk Dudut.

Tapi Dudut tentunya bukan Tuhan bukan Dewata. Dudut hanyalah sesosok kucing, dan kabarnya, tidak ada yang sempurna selain Tuhan. Dudut tetaplah Alpha yang paling baik dimata saya, tapi tentunya sebagai mahluk fana dia tidak sempurna.

Saya teringat sesosok Alpha di suatu kawasan yang lebih luas pada jaman dahulu kala. Dia menyelamatkan jelata kawasan tersebut dari penjajahan asing, memandirikan, dan mengusir segala campur tangan alpha lain yang kejam, mengklaim kawasan tersebut sebagai milik bersama. Merdeka! Untuk beberapa saat dia dicintai jelata. Diamini sebagai Alpha seumur hidupnya di kawasan. Tapi kekuasaan membutakan hatinya. Menjelmalah si Alpha menjadi diktator yang harus dituruti maunya, dan mengambil betina sebanyak yang dia suka.

Rakyat jelata yang semula mencintainya habis-habisan mulai jengah. Kemudian munculah Apha baru dari kalangan jelata, Alpha yang baru saja menunjukan ke-Alpha-annya. Para jelata muda bahu-membahu membantu sang Alpha baru untuk merebut tahta Alpha lama. Alpha yang baru ini begitu ambisius sekaligus cerdik. Dengan segala cara, kekerasan, adu-domba, pemalsuan sejarah, bahkan diam-diam berkerja sama dengan Alpha asing kejam yang dulu pernah menjajah jelata kawasan, akhirnya Alpha baru berkuasa. Para jelata menutup mata karena sudah muak dengan Alpha lama yang kolot dan berbetina banyak. Jelata muda bersorak-sorai menyambut Alpha baru.

Tidak usah terlalu lama menunggu, munculah taring si Alpha. Pameran kekuasaan dimana-mana. Cakarnya mengoyak daging para jelata yang (walau hanya sedikit saja) berkata tidak padanya. Kekejamannya terasa mendirikan tengkuk, karena dia bisa meminum darah jelata-jelata pembangkang, sambil memamerkan senyum ramah dengan taring belepotan darah pada jelata-jelata yang tunduk. Keramahan yang berdarah.

Betapa mengherankan, Alpha yang begitu dicintai karena menyelamatkan jelata dari kekejaman Alpha asing kemudian menjelma menjadi Alpha kolot dan gelap mata. Betapa mengejutkan, Alpha yang awalnya didukung penuh oleh para jelata muda kemudian malah mengebiri dan mencabut lidah para jelata muda.

Dudut yang gagah dan imut bukanlah sosok yang sama seperti Alpha lama dan Alpha baru. Dia punya gaya dan karismanya sendiri. Dia menjadi Alpha tanpa perlu adegan pameran kekuasaan. Dia Alpha dalam kesederhanaannya. Saat ini jelata mencintainya.Saking cintanya sampai para jelata rela mencakar sesama, bahkan keluarganya sendiri, yang berani mengkritik Dudut.

Saya sungguh berharap bahwa Dudut akan tetaplah Dudut yang bijak, sederhana, dan dicintai oleh jelata kucing kawasan perumahan saya. Tapi saya berharap juga para jelata tidak terlalu terlena mendewakan Dudut. Dudut memang sangat berkarisma, tapi mungkin suatu saat dia perlu diceples sendal karena mencuri ikan. Karena Alpha yang begitu dicintai karena menyelamatkan jelata dari kekejaman Alpha asing bisa menjelma menjadi Alpha kolot dan gelap mata. Karena Alpha yang awalnya didukung penuh oleh para jelata muda kemudian malah bisa mengebiri dan mencabut lidah para jelata muda. Walau tentu saja kita berharap banyak bahwa Dudut tetaplah Dudut yang sederhana, bijak, dan berkarisma sampai akhir masa Alpha-nya.

"Miaw!"

Friday, August 22, 2014

bebersih dashboard

Semalam saya bersih-bersih dashboard blogger.

Cerita ini berawal ketika awal-awal saya pindah ke Jakarta dan pindah rumah. Saya bukan tipe orang yang praktis dan minimalis, walaupun saya saat ini sedang mencoba menjadi praktis. Barang saya banyak, termasuk berbagai macam pernak-pernik tanpa fungsi, bahkan yang sudah sangat jelek tapi masih menyimpan muatan memori. Saya bukan orang yang bisa dengan gampang membuang barang-barang.

Awalan pindah saya bener-bener stres. Gimana sih cara memindahkan 10 tahun hidup saya di Jogja ke dalam kotak-kotak kardus, koper, dan ransel, yang kemudian di bawa ke Jakarta? Pelan tapi pasti akhirnya saya pindahkan hidup saya, walau tentu saja masih ada jejak-jejak yang tertinggal di kota lama. Tapi tak apa karena itu perlu.

Ketika saya mulai menata kehidupan baru di kota baru, saya stres lagi. Kehidupan baru ini tidak semata-mata hidup saya, karena saya harus berbagi. Kondisi dan situasi kehidupan baru saya juga kurang kondusif untuk menyimpan berbagai pernik tanpa fungsi. Di tengah stres saya, bapak saya berkata: "Kamu harus bisa memilih. Mana yang harus dibuang dan mana yang disimpan. Sesuatu yang tidak berguna kalau disimpan cuma akan menjadi beban."

Sedikit demi sedikit saya menuruti nasehat beliau. Tapi sungguhpun saya berusaha, saya bukan orang yang praktis dan minimalis.

Beberapa hari yang lalu saya ngobrol-ngobrol dengan kawan blogger saya, Dika. Kebetulan kami punya masalah yang sama tentang dunia blogging, yaitu kurang semangat. Kami sama-sama tidak lagi bersemangat baca-tulis. Usut punya usut, sebenarnya kami bukan mengalami susut semangat, melainkan hanya peralihan minat. Hal-hal yang awalnya kami bilang menarik, saat ini mematikan selera. Hal-hal yang awalnya tidak kami lirik, saat ini terasa menggelitik.

Pun begitu dengan blog yang kami follow. Dulu adalah suatu ide bagus rasanya ketika mem-follow blog A. Saat ini selera saya berubah, dan ketika melihat newpost blog A pada dashboard blog saya, biasanya cuma saya scroll tanpa saya klik. Saya tidak lagi berminat untuk membaca blog A.

Beberapa hari yang lalu, saya memandangi dashboard blogger tanpa nafsu. Saya berharap menemukan konten menarik untuk saya baca, tapi ternyata setelah 3 halaman saya lalui birahi saya belum juga terungkit. Akhirnya saya beralih ke suatu forum komunitas blogger anu (Nggak, saya nggak aktif!). Lalu melihat-lihat list blog yang ada di sana, yang topiknya biasanya bukan kegemaran saya dan juga bukan pilihan yang biasanya saya tuliskan, dan saya menemukan banyak blog yang menarik minat saya. Saya mulai keasyikan blog walking dan klik follow.

Semalam, saya kembali memandangi dashboard blogger. Dan saya pening. Banyak sekali topik-topik yang saya tidak suka yang berjejalan dan menutupi topik-topik yang justru saya cari. Akhirnya saya memutuskan untuk membersihkan dashboard saya. Saya unfollow blog yang:
  1. Saya tidak suka dengan blog tersebut, saya jarang bersemangat membaca kalau blog tersebut di update, dan saya tidak kenal penulisnya (karena kalau kenal biasanya memicu perselisihan. Padahal yaelah cuma blog. Tapi sudahlah saya sedang nggak butuh drama.)
  2. Post terakhir blog tersebut ada pada tahun 2013. Kecuali yah kalau blog tersebut sangat saya suka dan saya berharap si blogger bakalan ngeblog lagi.
  3. Isi postingan blog yang bersangkutan membuat perasaan saya tidak enak. Mungkin karena isinya menjelek-jelekan orang lain (secara nomention tentu saja!), kritik terhadap cara berpakaian atau cara hidup orang lain, pembelaan membabi buta tanpa logika terhadap suatu agama/capres, share sesuatu yang memprovokasi dan belum tentu benar (bahkan biasanya sumbernya pun dia tidak tau!). Untuk poin ketiga ini kenal-nggak kenal saya unfollow :D
  4. Alasan simpel: saya ilfeel sama blogger-nya :D. Untuk alasan agar tidak salah alamat, saya memilih tidak menjelaskan perihal sebab-sebab ke-ilfeel-an saya.
Tentunya saya masih berpegang pada prinsip bahwa blog adalah jurnal pribadi. Setiap blogger punya hak untuk menuliskan apapun sejauh tidak merugikan orang lain. Saya pun tidak bilang kalau blog yang saya unfollw itu jelek dan tidak berguna. Bisa saja hal yang tidak berguna bagi saya menyelamatkan hidup orang lain. Bisa saja memang tidak berguna bagi orang lain namun punya arti yang besar bagi pemiliknya. Hanya saja blog-blog tersebut merupakan blog yang tidak saya pilih untuk menjadi bacaan saya.

Sekarang bersih dashboard saya agak lebih padang walau belum bersih sekali.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...