Jujur aja deh ya. Saya mau dirajam sama penggemar Minions juga nggak papa. Saya nonton Despicable Me 2 di XXI sama Upik. Upik ini temen saya yang kayaknya agak-agak mirip saya kalau soal beginian. Awalnya kami semangat banget, soalnya Tetek (temen saya yang lain) dan dek Bubu (adek saya, muka adek saya bisa dilihat di blognya Popon) koar-koar menggebu-gebu kalau film itu lucuk banget. Terus di twitter juga semacam terjadi kehebohan oleh Minions. Belum di blog, para beauty blogger rame-rame bikin look minions (yang ini saya suka, lucu beneraannn, terutama Minion ala Merilla dan Vindy).
Di dalem XXI, saya dan Upik kegaringan. Ya ada lah, ketawanya. Beberapa scene ada yang lucu. Tapi jujur yah, bagi kami film itu biasa aja. Padahal ekspektasi kami udah lumayan tinggi, mengingat teman-teman pada promosi menggebu-gebu. Nggak kaya yang diceritakan teman-teman, bahwa mereka tertawa sampai perut sakit, dan bahwa Minions lucu banget, saya dan Upik tertawa sewajarnya aja.
Intinya, kami sedikit menyesal buang uang Rp 50 000,- untuk film yang nggak terlalu oke. Ini kategori film yang oke-nya nyewa DVD aja ditonton rame-rame di kos Ndok (teman kami juga yang kos-kosannya sering dipakai untuk tempat nonton film, pinjem kamar buat pacaran, ataupun sekedar mampir untuk pakai toiletnya. Iya, semacam bilik cinta merangkap kamar mandi umum di daerah Selokan Mataram, Yogyakarta).
Jadi saat suatu sesi nongkrong, saat temen-temen saya masih anget menirukan aksi Papoy, saya dan Upik bilang aja kalau film-nya biasa aja, nggak sebagus itu deh. Lalu kami dihujat. "Aaahhh...selera humor kalian jeleeekkkk", dan masih banyak hujatan lainnya.
- Saya lebih suka pekejing kosmetik model Sleek, NYX, PAC, Bobby Brown, MAC, Caring Colour, dan Nars yang simpel tapi elegan daripada pekejing unyu ribet model Etude, Skinfood, Tony Molly dan sebangsanya.
- Alis saya ber-arch, dan saya suka. Nggak minat deh bikin alis saya lurus. Alis melengkung itu bikin saya kalau marah meyakinkan. Cukup angkat satu alis, lari deh preman se-terminal nggiwangan.
- Menurut saya kantong mata itu tidak sedap dipandang. Kadang saya lihat artis Korea berkantung mata, dan dia cantik. Tapi alih-alih pengen bikin kantung mata, saya malah berpikir kalau si artis pasti lebih cantik tanpa kantung mata.
- Saya nggak demen make up mata yang natural ala Korea. Saya lebih suka main warna eyeshadow, atau pakai super bold eyeshadow.
- Kulit saya nggak putih, begitu juga kulit sebagian besar orang Indonesia. Trend Korea ini bikin banyak cewek tergila-gila kulit putih, dan rrr...kok saya nggak suka ya? Mbok plis lah, kulit warna apa aja juga cantik kok. Iya, saya akui deh kulit putih itu cantik. Begitu juga dengan kulit kuning, kulit sawo matang, dan kulit gelap. Semua harus disyukuri.
***
Saya tahu sih, soal begituan itu masalah selera. Tapi kok, mbuh ya, terkadang saya berpikir, kalau sesuatu itu udah dibilang bagus sama banyak orang (atau sedikit orang yang berpengaruh), maka orang-orang lain bakalan latah bilang itu bagus.
Disitulah letak kekuatan promosi. Misal perusahaan launching produk baru gitu, mereka bayar aja ke blogger-blogger untuk rame-rame bilang bagus, dan voila, baguslah produk itu. FYI, saya pernah kok dibayar dua juta rupiah untuk bilang kalau suatu produk bagus di blog sebelah, padahal senyatanya produk itu biasa banget. Cuma satu produk kok, habis itu saya insyaf, uang haram itu namanya.
Produk apakah gerangan? LA-HA-CIA :D.
Dan karena saya tahu soal "kekuatan promosi", makanya saya mencoba objektif dalam menilai banyak hal. Yah contoh kecilnya, saya tetep bilang kalau BB cream Garnier, MUA Undressed Eyeshadow Palette dan Foundie Mustika Ratu Tasik Kemuning itu jelek, walaupun banyak yang berpendapat kalau itu bagus.
Jangan salah sangka, saya bukannya mau bilang kalau blogger yang bilang tiga barang tersebut pembohong. Blogger pembohong di Indonesia ini cuma satu kok. Mau tahu siapa blogger paling bullshit se-Indonesia? Noh klik ini noh... Yang lain selain yang saya link tadi itu jujur, lurus, putih, bersih, suci, murni semua. Saya sih percaya, para blogger yang mereview bagus tiga produk itu tulus dari hati. Yang saya maksud, saya cuma berusaha objektif, meskipun bagus di (banyak) orang lain, barang tersebut nggak bagus di saya.
Ada juga barang yang saya beneran suka, padahal orang lain ramai-ramai nggak suka. Misalnya Etude CC cream dan kucing kampung. Saya cinta banget sama kucing kampung, lebih cinta dari kucing ras. Ya pada dasarnya saya senang dengan semua yang berbulu sih. Dan kucing kampung memang lebih kasihan dan lebih minta dipelihara daripada kucing ras.
Terus soal menilai orang juga. Beberapa kali saya menemui, orang-orang yang dibilang menyebalkan atau nggak asik oleh banyak orang, malah cocok sama saya. Aeh..pembaca, ada yang merasa cocok sama saya? Kata orang situ menyebalkan lho. Atau ketika orang-orang ramai-ramai suka sama seseorang, saya malah menemukan (menemukan lho ya, bukan merasakan) hal busuk tentang dirinya. Pembaca, ada yang disukai banyak orang? Tau nggak? Situ busuk. Makanya saya nggak percaya kekuatan insting, karena insting juga kadang-kadang terpengaruh oleh opini mayoritas. Saya baru akan nggak suka sama orang kalau memang orang tersebut sudah merugikan atau membuat saya nggak nyaman. Bukan karena saya ikut arus, banyak orang nggak suka kemudian saya ikut nggak suka.
Jadilah saya ini orang aneh dimana-mana. Ketika banyak orang bilang sesuatu bagus, kalau saya nggak suka, ya peduli setan dengan pendapat banyak orang. Sesuatu itu tetep aja jelek di mata saya. Kalau banyak orang ramai-ramai menghujat suatu kasus yang booming, sementara menurut saya sesuatu yang dihujat itu sebenernya baik, ya lagi-lagi peduli setan sama banyak orang. Mungkin itu juga kali yang bikin banyak orang yang gampang nyalahin saya?
***
Saya bukannya mau sok anti mainstream yah. Saya tetep suka film Iron Man, buku Harry Potter, Mascara Max Factor, Nars Blush On, produk-produk The Body Shop, shoping, cowok seksi, dan yang jelas saya masih suka makan nasi seperti manusia pada umumnya. Kalau saya suatu saat berniat mau berbeda dalam segala hal, saya akan makan beling, biar beda!
Saya cuma berusaha menyinkronkan antara yang ada dipikiran dan hati saya, dengan ucapan, tindakan, dan tulisan saya. Saya cuma berusaha berpendapat secara independen, tanpa ditekan atau dipengaruhi oleh pendapat mayoritas (lain ya kalau dipengaruhi oleh uang dua juta rupiah *meringis miris* *rasanya pengen menghapus post yang bersangkutan*).
Ya meskipun sikap saya ini menyebalkan sih bagi banyak orang. Terutama orang-orang yang mana pendapatnya nggak saya setujui, atau orang-orang yang mana ajakannya nggak saya penuhi.
Ngomong-ngomong soal sikap, hari ini saya malas mandi ah. #sikap.
mak lampir..
ReplyDeleteNama kamu aneh sekali :)
DeleteTapi nggak papa deh..
Hai, mak Lampir. Selamat bergabung dengan AFC. Arum Fans Club :D
wow, mau donk dibayar 2 juta wkwkwkk
ReplyDeletega usah diambil pusing mbak yang aneh2 macem diatas ^_~
Ahahahaa...beban moralnya jeung. Padahal duitnya nggak seberapa, masih bisa dicari lah maksudnya :D
DeleteNggak pusing kok. Cuma agak aneh aja, masa ya ada orang yang memperkenalkan diri namanya Mak Lampir :))
maksudku dibayar 2 juta tapi produknya emnag kita suka or memang bagus ^_~ hehehe
DeleteBahahahak...itu mah semua orang juga maukkkk :D
Delete