Translate

Friday, June 21, 2013

Saya terganggu? Ah...sekarang sih enggak.

Sudah hampir satu minggu ini saya selalu medapatkan semacam SMS mesum dari nomor tak dikenal. Awal-awal saya merasa terganggu, saya sempet curhat dengan Dhika dan Tami. Saya bilang ada orang aneh yang melecehkan saya lewat SMS. Mereka bilang, saya jangan bereaksi apapun, karena orang seperti itu biasanya senang kalau korbannya bereaksi. Tapi sekarang saya menuliskan, karena, yah...sekarang SMS tersebut bukan lagi merupakan gangguan. Jadi nggak papa deh, SMS aja sampe ngabisin duit warisan tujuh turunan juga nggak papa :D.

Awal-awal saya menerima SMS mesum itu, saya merasa terganggu. Soalnya pelaku menglakukan SMS membabi buta sampai dengan 20an kali, biasanya pada tengah malam sampai dini hari. Disertai miss call-miss call yang juga mengganggu. Walau nggak selalu saya baca malam itu, karena malam saya tidur lah ya saya kan bukan berang-berang, tapi pagi-pagi ketika saya melihat berentetan kata-kata yang terlalu imajinatif dan seperti diambil dari salah satu cerita porno, tetep aja rasanya nggak nyaman. Jijik, nggak enak.

Kenapa saya bilang itu imajinatif? Soalnya saya yakin pelaku cuma bisa membayangkan sambil lihat film atau baca cerita porno. Nggak mungkin banget kan orang yang punya kehidupan seksual yang aktif dan sehat kepikiran buat meneroror orang lain dengan cara seperti itu?

Tapi kemudian saya tahu aplikasi android yang namanya SMS Blocker. Aplikasi itu bikin SMS-SMS dari nomor yang tidak saya inginkan, masuk ke folder blocker. Jadi seolah-olah saya nggak menerima SMS apapun, walau si pengirim masih merasa SMSnya sampai. Haha...

Dengan SMS Blocker itu, pagi-pagi hape saya bersih dari SMS mesum. Baru ketika saya ada waktu luang dan sedang mood, saya buka-buka SMS mesum itu. Biasanya bersama teman-teman atau pacar saya. Dan cekikikan menertawakan kebodohan si pelaku. Atau kalau memang lagi nggak pengen baca yang mesum-mesum, ya udah, nggak usah dibuka folder blockernya, dan langsung aja delete all.

Karena saya membaca pada waktu, suasana, dan teman yang saya pilih sendiri, jadinya alih-alih mengganggu, SMS itu malah menjadi bahan bercandaan saya dan teman-teman. Nggak dengan mesum sih, malah berasa konyol aja.

Bayangkan ketika kamu ngirim SMS beruntutan ke seseorang dengan rajin. Sehari bisa 20-30 SMS. Sengaja begadang merangkai kata untuk mengirim SMS. Sengaja beli pulsa. Tapi yang bersangkutan seolah nggak nyadar aja gitu kalau diSMS. Dan pada penghujung minggu, setelah SMS dari kamu menumpuk, SMS kamu akan dibaca ramai-ramai sambil menertawakan, ohh...betapa idiotnya anak yang mengirim SMS ini :D.

Iya anak. Saya tahu dan yakin pasti, pelaku SMS mesum begitu pasti masih anak-anak. Yah secara usia mungkin diatas 15 dibawah 30 lah ya. Tapi saya kok hampir yakin kalau pelaku pasti bukan orang yang punya pekerjaan mapan. Soalnya kalau punya pekerjaan mapan atau orang yang produktif hidupnya, mana sempet memikirkan dan melakukan teror seperti itu?

Yah, suatu waktu saya dan teman-teman saya bayangin orang tua si pelaku. Ngasih uang saku buat anaknya, dengan maksud buat tambahan uang makan, atau beli buku pelajaran, atau apalah. Tapi yang terjadi uangnya malah dihamburkan untuk beli pulsa, untuk SMS-SMS mesum. Duh...

Nggak tau ya saya salah atau enggak menuliskan hal seperti ini. Apa nanti tanggapan pelaku kalau kebetulan baca. Tapi yang pasti saya enteng aja sih nulisinnya, soalnya ya hal tersebut udah nggak mengganggu saya sih. Biasa aja, wong SMS nya aja nggak saya terima :D

Oh iya, FYI aja. SMS-SMS melecehkan semacam itu bisa diperkarakan lho. Bisa banget dilaporin ke polisi. Karena kan termasuk pelecehan seksual juga. Banyak kok kasusnya pelaku dihukum penjara atau membayar sejumlah uang ganti rugi. Coba aja googling!

Friday, June 14, 2013

Bagaimana Aku Bisa?

Katakan bagaimana aku bisa menjadi sosok penyayang, kalau meredakan amarahku sendiri pun aku tak sanggup?
Bagaimana caranya menggendong bayiku nanti, kalau tangan kiriku tak bisa mengangkat beban yang berat?
Jawaban apa yang harus aku berikan kalau anakku nanti bertanya tentang soal yang rumit, yang jawaban menurut keyakinan dan hati nuraniku malah bertentangan dengan pendapat masyarakat kebanyakan?
Apa yang harus aku lakukan ketika anakku nanti minta dikepangkan rambutnya, sementara mengangkat dua tangan sendiripun aku tak mampu?
Lalu bagaimana jika kamu dan anak kita kelak berbisik dari sebelah kananku karena seperti yang kamu tahu telinga kananku tak dapat berfungsi?
Dan apa jadinya seandainya tengah malam anakku menangis, padahal selama ini aku susah sekali dibangunkan dari tidurku?
Katamu kamu ingin makan masakanku setiap hari. Tapi bagaimana kalau pada suatu hari aku tidak lagi mau memasak? Karena selama ini aku belum pernah bisa sanggup bertahan menyukai dan melakukan suatu kegiatan rutin?
Bagaimana aku bisa menahan tangis ketika keadaan tidak menyenangkan?
Apa yang akan terjadi bila aku kehilangan kendali diri?
Bagaimana aku bisa menghadapi segala hal?
Bagaimana aku bisa menjadi istri?
Bagaimana aku bisa menjadi ibu?

Tapi katamu aku bisa. Dan walau aku tidak bisa percaya pada diriku sendiri, aku selalu percaya padamu...

~ seorang teman berkata kepada saya, hal itu bukan untuk ditanyakan atau dipikirkan, tetapi hanya untuk dijalankan. ~
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...