Translate

Tuesday, November 29, 2011

Bapak Penarik Gerobak Sampah & Tiga Anak Pertigaan Gejayan

Saat ini sedang musim hujan. Sore kemarin juga gerimis rintik-rintik. Saat itu saya dan pacar saya berada di perempatan jalan magelang, dalam perjalanan ke rumah pacar saya di daerah jogja bagian utara sonooo jauh.

Waktu lampu merah, ada bapak-bapak pakai caping dan celana pendek SD lewat didepan mobil kami sambil menarik gerobak sampah... Sementara saya duduk dengan nyaman nggak kehujanan di samping orang kesayangan saya...

Sebenarnya itu pemandangan yang biasa kita lihat di kota-kota yah.. Saya pun sering melihat bapak-bapak penarik sampah, baik di kota maupun di televisi. Tapi... pernah nggak sih kalian merasakan, saat melihat sesuatu yang berkesan, lalu seakan-akan jiwa kita tercerabut dari tubuh kita, lalu masuk dan menyatu dalam kejadian yang kita lihat?

Ada sepupu saya yang kuliah di bidang perfilman. Dia cintaaa sekali sama film. Hampir semua film sudah dia tonton. Komedi, romantis, drama, horor, box office, buatan sutradara hollywood ternama, film bollywood, film independen, sampai film kacangan kacrut pun dia tonton.  Dan pada saat-saat tertentu, adakalanya dia bertemu dengan film yang begitu berkesan. Entah jalan ceritanya, atau settingnya, atau karakter pemainnya. Dia bilang, dia seakan-akan tidak lagi berada di tempat duduknya, seakan-akan dia melayang dan menjadi satu ke dalam film yang di tontonnya.

Saya pun beberapa kali mengalami perasaan seperti itu. Tapi bukan pada film.. Saya lebih gampang "melayang" bila melihat peristiwa-peristiwa sederhana sehari-hari. Bapak sampah yang bekerja sambil kehujanan itu salah satunya..

Di pertigaan jalan Gejayan, ada tiga orang anak kecil yang dekil. Umur mereka 5 sampai 7 tahun. Masih kecil, masih belum mengerti apa-apa. Mereka minta-minta di sana. Terkadang kalau sudah sore saya lewat di sana, mereka nggak minta-minta, tapi asik bercanda dan tertawa-tawa di troroar di tengah jalan. Kadang juga saya lihat salah satu dari mereka menangis. Yah..khas anak kecil pada umumnya. Keciali, meraka kumal dan meminta-minta.

Tiga anak kecil itu terus terang membuat saya "jatuh cinta". Saya yakin mereka belum mengerti apa-apa tentang uang. Mereka hanya menuruti "orang dewasa" yang mengawasi mereka dari kejauhan, sambil memastikan mereka "bekerja" dengan baik. Saya yakin, mereka tidak begitu mengerti uang banyak atau sedikit bedanya apa. Mereka hanya tau kalau dapat uang banyak, mereka bisa kenyang malam itu. Kalau tidak dapat uang mereka lapar, bahkan mungkin dipukul.

Jujur, saya tidak pernah memberi mereka uang. Karena saya tahu, uang yang saya berikan tidak di gunakan untuk kebaikan mereka. Saya memberi mereka makanan. Nasi bungkus, atau roti-roti manis, terkadang ditambah permen dan coklat.

Di saat-saat melihat mereka juga saya merasa jiwa saya "melayang" dan seolah-olah menjadi bagian dari mereka. Dan kadang rasanya hati saya teriris, karena saya tidak bisa berbuat sesuatu untuk mereka. Dan apabila pun saya bisa berbuat sesuatu untuk mereka, masih banyak anak kecil kumal lain di seluruh sudut kota. Juga bapak-bapak penarik gerobak sampah yang bekerja sambil hujan-hujanan.

Saya suka nonton film, nongkrong di cafe, shoping, makeup, dan lain-lain. Dan lain-lain. Bahkan saya terkadang bisa sangat antusias membicarakan warna lipstick terbaru atau film yang baru diputar. Tapi ada saat-saat dimana rasanya saya yakin suatu saat saya akan meninggalkan hal itu semua di belakang, lalu "berbuat sesuatu yang lebih" untuk hal-hal yang menyentuh jiwa saya lebih dalam...

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...