Translate

Tuesday, August 26, 2014

Mahluk-mahluk Alpha

Dudut dan luka di telinga kanannya.
Perkenankanlah saya memperkenalkan Dudut,

seekor kucing Alpha di daerah perumahan saya. Pejantan berwarna oranye terang dengan taby yang lucu, serta suara ngeongan yang seperti bayi. Badannya tidak gemuk tapi bertulang besar, liat dan kekar. Pada cuping telinga kanannya terdapat bekas luka hasil dari perkelahian dengan pejantan lain, yang justru menambah kegagahannya.

Sebagai kucing Alpha, Dudut mempunyai hak-hak istimewa yang mau tidak mau diamini dalam diam oleh sejumlah kucing jelata di wilayahnya. Diantaranya: berhak untuk buang air dimana saja di wilayah tersebut tanpa mengubur tahi, berhak mengklaim makanan apapun yang dia lihat walau kucing lain terlebih dahulu menemukannya, berhak mengawini betina manapun pada daerah kekuasaannya, dan berhak menentukan tempat dimana dia mau beristirahat, pun bila tempat tersebut sudah terlebih dahulu dipakai oleh kucing jelata, cukup mendengar ngeongan Dudut yang seperti bayi, si jelata harus menyingkir.

Dudut menandai daerah kekuasaannya dengan bau air seninya yang disemprotkan pada pojok-pojok kawasan.

Berbagai hak tentunya dibarengi dengan kewajiban. Dudut berkewajiban menjaga agar para jelata tetap aman dari serangan kucing luar kawasan. Dudut juga menjaga agak kawasannya tidak terlalu penuh sesak oleh kucing-kucing lain, sehingga kucing-kucing jelatanya bisa tidur nyaman dan makan cukup.

Sebagai pihak luar yang netral dan bahkan bukan kucing, saya menilai Dudut adalah sesosok Alpha yang berkarisma, punya nilai moral, dan adil. Dudut tidak menyalah gunakan kekuasannya. Sebagai Alpha dia tidak pernah menyerang kucing-kucing jantan yang masih bayi, seperti yang biasa saya lihat dilakukan oleh alpha-alpha lain. Dudut juga tidak pernah merebut makanan dengan kekerasan. Jelatanya cukup mencintainya dan tahu diri, sehingga tanpa ditempelengpun, mereka sudah akan merelakan makanan mereka untuk Dudut.

Tapi Dudut tentunya bukan Tuhan bukan Dewata. Dudut hanyalah sesosok kucing, dan kabarnya, tidak ada yang sempurna selain Tuhan. Dudut tetaplah Alpha yang paling baik dimata saya, tapi tentunya sebagai mahluk fana dia tidak sempurna.

Saya teringat sesosok Alpha di suatu kawasan yang lebih luas pada jaman dahulu kala. Dia menyelamatkan jelata kawasan tersebut dari penjajahan asing, memandirikan, dan mengusir segala campur tangan alpha lain yang kejam, mengklaim kawasan tersebut sebagai milik bersama. Merdeka! Untuk beberapa saat dia dicintai jelata. Diamini sebagai Alpha seumur hidupnya di kawasan. Tapi kekuasaan membutakan hatinya. Menjelmalah si Alpha menjadi diktator yang harus dituruti maunya, dan mengambil betina sebanyak yang dia suka.

Rakyat jelata yang semula mencintainya habis-habisan mulai jengah. Kemudian munculah Apha baru dari kalangan jelata, Alpha yang baru saja menunjukan ke-Alpha-annya. Para jelata muda bahu-membahu membantu sang Alpha baru untuk merebut tahta Alpha lama. Alpha yang baru ini begitu ambisius sekaligus cerdik. Dengan segala cara, kekerasan, adu-domba, pemalsuan sejarah, bahkan diam-diam berkerja sama dengan Alpha asing kejam yang dulu pernah menjajah jelata kawasan, akhirnya Alpha baru berkuasa. Para jelata menutup mata karena sudah muak dengan Alpha lama yang kolot dan berbetina banyak. Jelata muda bersorak-sorai menyambut Alpha baru.

Tidak usah terlalu lama menunggu, munculah taring si Alpha. Pameran kekuasaan dimana-mana. Cakarnya mengoyak daging para jelata yang (walau hanya sedikit saja) berkata tidak padanya. Kekejamannya terasa mendirikan tengkuk, karena dia bisa meminum darah jelata-jelata pembangkang, sambil memamerkan senyum ramah dengan taring belepotan darah pada jelata-jelata yang tunduk. Keramahan yang berdarah.

Betapa mengherankan, Alpha yang begitu dicintai karena menyelamatkan jelata dari kekejaman Alpha asing kemudian menjelma menjadi Alpha kolot dan gelap mata. Betapa mengejutkan, Alpha yang awalnya didukung penuh oleh para jelata muda kemudian malah mengebiri dan mencabut lidah para jelata muda.

Dudut yang gagah dan imut bukanlah sosok yang sama seperti Alpha lama dan Alpha baru. Dia punya gaya dan karismanya sendiri. Dia menjadi Alpha tanpa perlu adegan pameran kekuasaan. Dia Alpha dalam kesederhanaannya. Saat ini jelata mencintainya.Saking cintanya sampai para jelata rela mencakar sesama, bahkan keluarganya sendiri, yang berani mengkritik Dudut.

Saya sungguh berharap bahwa Dudut akan tetaplah Dudut yang bijak, sederhana, dan dicintai oleh jelata kucing kawasan perumahan saya. Tapi saya berharap juga para jelata tidak terlalu terlena mendewakan Dudut. Dudut memang sangat berkarisma, tapi mungkin suatu saat dia perlu diceples sendal karena mencuri ikan. Karena Alpha yang begitu dicintai karena menyelamatkan jelata dari kekejaman Alpha asing bisa menjelma menjadi Alpha kolot dan gelap mata. Karena Alpha yang awalnya didukung penuh oleh para jelata muda kemudian malah bisa mengebiri dan mencabut lidah para jelata muda. Walau tentu saja kita berharap banyak bahwa Dudut tetaplah Dudut yang sederhana, bijak, dan berkarisma sampai akhir masa Alpha-nya.

"Miaw!"

2 comments:

  1. 2016 dan baca ini ngakak berat..mbak arum,you should write a real book

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah tulisan lama. Hehe.. Sekarang aku nulisnya di besoksiang.blogspot.com.

      Amiinn. Terima kasih sekali dukungannya ya ;)

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...