Lha, padahal di post yang ono saya bilang itu terakhir ngomongin Vicky? Karena yang mau saya bahas bukan Vicky, tapi kamu, kamu, kamu dan kamu yang sensi berlebihan sama orang-orang yang ngomongin Vicky.
Karena salah satu tulisan saya di blog sebelah, saya menerima banyak email (dan beberapa mention) yang intinya sih mereka nggak suka sama cara bercandaan saya yang kampungan. Permasalahan Vicky itu bukan selayaknya dijadikan bercandaan katanya. Okelah, saya mengaku salah dan kemudian meminta maaf secara pribadi kepada orang-orang yang memprotes saya, dan juga meminta maaf melalui postingan ini. Meminta maaf kepada Vicky? Nggak, nggak. Bukannya nggak mau, tapi saya nggak kenal soalnya. Mau tanya ke orang-orang yang protes ke saya juga saya yakin mereka nggak kenal.
Selesai?
Enggak dong. Masyarakat modern gitu loh. Kalau nggak memperpanjang sensasi kurang modern namanya. Bahkan sampai sesaat sebelum saya menuliskan ini pun, saya masih menerima hujatan via email berkaitan dengan penggunaan bahasa saya pada postingan review lipstik yang ini (yang baru sekalinya dan terakhir itu saya bercandaan begitu). Yaelah embak-embak, itu postingan tanggal berapa ya? Walau situ baru aja bacanya, bukan berarti saya nulisnya juga baru aja kan? Terus ya, saya juga sudah minta maaf. Seandainya pun posting permintaan maaf saya nggak terbaca oleh situ, situ masih bahas hal ini sekarang juga udah basi kaleuuussss.
Saat saya nerima email terakhir berkaitan dengan protes terhadap bahasa saya, sedang ada seorang teman saya. Dia bilang, "ya udah sih Rum, hapus aja postingan tersebut." APA? Ogah lah. Menurut saya nggak sepenting itu juga sampai saya harus hapus postingan. Terus teman saya yang lain tanya: "Jadi postingan kamu lebih penting?" Ya iya lah. Seenggaknya lebih penting dari orang-orang yang ngaku begah sama sesuatu tapi malah bahas berkali-kali.
Iya lho, kalau saya perhatikan, sebenernya orang-orang yang bercandaan soal Vicky itu cuma pakai bahasanya sekali dua kali. Yang bikin bahasa itu seolah-olah muncul terus ada dua. Yang pertama karena yang bercanda sesekali itu buanyak. Dan yang kedua karena orang-orang yang memprotes bercandaan itu juga banyak, bahkan tipe kedua ini saya perhatikan lebih banyak ngomong juga.
Sekarang gini deh, saya juga pernah eneg banget sama suatu bahasa, yaitu: Cetar Membahana. Semua orang pakai. Setiap blogwalking juga selaluuu dipakai. Kalau Syahrini yang ngomong sih imut ya kesannya. Tapi ketika hampir setiap jam saya lihat dan dengar kata itu ya berasa enggak imut lagi. Reaksi saya? Ya saya nggak memakai kata-kata itu toh. Beres kan? Kalau ada yang twitternya cetar-cetar terus ya saya mutte. Kalau ada yang di blognya cetar-cetar terus ya nggak saya baca postnya.
Karena kalau saya terus sibuk: : "kesel deh sama yang pakai cetar membahana. Mengejek itu bla bla bla." Bukannya berarti saya masuk ke golongan orang-orang yang pakai kata cetar membahana ketika itu? Terlepas dari apapun kalimatnya.
Begitu juga dengan bahasa Vicky ini. Saat-saat ini, yang kelihatan di TL saya cuma: "Plis deh, udahan yuk Vicky-vickynya." dan sejenisnya yang diucapkan berulang kali. Saya malah nggak lagi melihat orang yang pakai kata "labil ekonomi", yang mana itu berarti tim orang-orang yang marah-marah ketika ada yang bahas soal Vicky bahkan lebih banyak daripada tim yang bercandaan soal Vicky. Ketika tim yang bercandaan soal Vicky udah mingkem tim orang-orang yang marah-marah ketika ada yang bahas soal Vicky masih terus mangap.
Dan saya jadi begah.
Karena dalam proses mereka memprotes bullying terhadap Vicky, mereka nggak jarang menggunakan bahasa yang kasar dan merendahkan, yang mana artinya mereka juga sedang melakukan bullying terhadap tim orang-orang yang bercandaan ala Vicky.
Terus satu lagi nih, bersamaan dengan merebaknya kasus Vicky, ada kasus serupa juga, yaitu kasus tabraannya Dul anaknya Ahmad Dhani. Saya sempet lihat TL beberapa orang yang memprotes soal bercandaan ala Vicky. Ternyata mereka itu kena arus juga memaki-maki Dul dan Ahmad Dhani di TL. Lalu beberapa hari kemudian, mereka protes kemana-mana soal bercandaan ala Vicky. Soal Bullying. Jadi, sebenernya pada tahu nggak sih arti kata bullying?
Kadang saya berpikir, apa karena semua orang berlomba-lomba pengen jadi beda gitu ya? Pengen anti-mainstream. Ketika bercandaan soal Vicky terendus sebagai sesuatu yang bakalan jadi mainstream banget, mereka beramai-ramai menjadi berbeda. Yah...anti mainstream kok rame-rame --". Saya cuma mau bilang sih, jadi anti mainstream itu karena saking banyaknya yang pengen udah mainstream banget sekarang.
Tapi saya juga tahu kok, ada beberapa orang yang beneran tahu arti bullying, yang nggak suka terhadap merebaknya bercandaan soal Vicky. Dan mereka memprotes dengan elegan. Dan mereka juga nggak melakukan bullying lain di twitter. Tapi biasanya orang seperti ini malah protesnya nggak membabi buta. Dan cenderung diem aja karena nggak mau menambah-nambahi pembahasan soal yang mereka nggak suka itu di socmed, seperti ketika saya begah sama kata Cetar Membahana.
Apakah setelah saya nulis ini bakalan ada tim orang-orang yang sebel sama orang yang begah sama tim orang-orang yang marah-marah ketika ada yang bahas soal Vicky?
Hihihihiiii ... sekalinya komen di post misuh-misuh begini. :D
ReplyDeleteSekali dua kali sih si Vicky ini lucu. Tapi kalo kebanyakan, jadi over dosis deh. Apalagi kalo cuman gara-gara Vicky trus sosmed jadi ajang perdebatan. Kalo kata gue sih ya, sebaiknya kalo pun mau mengkritik bahasanya si Vicky, tunjukkan di mana salahnya, bukan orangnya yang di-bully. Sebenernya gak semua kata-kata si Vicky ini salah juga loh. Tapi emang sangat jarang dipake. Sekelas Gunawan Mohammad aja bilang kalo bahasanya si Vicky ini pada kadar tertentu udah sama puitisnya kayak puisi. :D
Take it easy, Rum. *puk puk Arum*
Belom pernah dibilang sesat, kan? Atau ikut aliran gak bener trus ntar masuk neraka? Gue udah dong! Hahahaaaa.... :D
KYYAAAAA....ADA OCTA KESASAR SAMPE SINI. KYAAAA *nyapu, ngepel, beres-beres blog*
DeleteHabis aku nulis ini nih, Ta. Aku ngobrol sama ibukku. Ibu bilang sama kaya kamu, kalau bahasanya Vicky ini sebenernya juga bener. Ada beneran itu statitusisasi dll. Cuma memang jarang orang awam tau. Hahahahaa..
Habis kuesel, Ta. Aku tuh juga bercandaan begitu kayaknya cuma dua kali. Sekali di blog sekali di FB. Kemudian dipisuhi orang se endonesa. Hedehh --"
Whooaaa?? Serius dikatain aliran nggak bener segala?? Widihhh ^^
makin parah ajah manusia jaman sekarang, ga usah ditanggepin mbak.
ReplyDeleteisi blog sesuai yang punya blog, kalau ga suka ga usah baca. beres, makin pusing kl ngurusin org ga ada kerjaan yang bisanya bikin masalah.
puk-puk mba arum, mending mikirin kawinan hehehee
hik..asik di puk puk :')
Deleteaku malah merasa pake bahasa vicky bukan pengen nge-bully loh..tapi karena pengen gaul aja, ya namanya jg trendsetter apa yang lg populer itu lah yang kita pake, kebetulan yg kemaren2 lg demennya cara bicara vicky tentunya kita sebagai org yg uptodate jg ketularan make, sama aja kyk cetar nya syahrini, kan kata itu memang lagi populer, masa klo kita ngomong ngikut2 gitu malah dibilang bully, ntar klo ga ngomong serasa ketinggalan banget heehe...bagi kita yang pernah make bahasanya vicky ya berarti kita nganggep kalo bahasa vicky itu keren, bagi mereka yang marah2 sebenarnya mereka sendiri yang bikin pikiran negatif ngebully vicky. orang yang marah2 itu kok repot banget sih,kyk ga punya kerjaan aja haaha..cuma ya kata pepatah anjing mengonggong khafilah tetap berlalu.. bener ga mbak :)
ReplyDeleteAku lebih dulu denger kata labil ekonomi daripada denger tentang Vicky prasetya lho. Jadi aku ngikut nulis labil ekonomi tuh, bahkan sebelum tau kalau ada orang yang namanya Vicky. Jadi memang nggak niat bully, cuma suka karena lucu aja. Keren gitu kata-katanya.
DeleteIya yah, anjing menggonggong artis papan atas berlalu :))
buset, ada ya orang begitu?? Susah yah jadi artess papan atas? Di stalking treusss... hihihi...
ReplyDeleteAda dooonk, Mizha. Gilak, sampe enek aku diprotes membabi buta karena hal yang menurut aku nggak salah --"
Delete