Translate

Sunday, September 1, 2013

Kisah Tas Pink Buluk, Dompet murahan, Kalung Mainan, Kondom Rasa Pisang, dan Hal-hal Tidak Penting Lainnya



Packing?

Udah nggak terhitung berapa kali aja dalam hidup saya. Karena saya hobi traveling, karena pekerjaan saya terkadang mengharuskan saya kemana-mana, karena saya juga beberapa kali pindahan. Yang pertama pindah dari Solo ke Jogja untuk kuliah. Tahun kedua saya pindah kos ke kos yang nggak ada jam malam dan nggak ada aturan tamu dilarang masuk kamarnya karena saya mulai punya pacar >'<. Tahun ketiga saya pindah kos ke kos yang ber-wifi karena saya mulai doyan ngeblog. Terus sekitaran tahun lalu saya beli rumah di Jogja, jadi harus pindah dari kos ke rumah baru.  

Initinya sih masukin barang-barang ke dos, angkat dos ke tempat yang baru, keluarin barang-barang dari dos, dan tata di tempat yang baru. Sebelumnya saya nggak pernah ngerasa berat untuk packing. Malahan packing begini jadi ajang saya bersih-bersih. Barang yang nggak diperlukan lagi saya buang atau saya kasihkan kalau ada orang yang lagi butuh. 

Saat packing mau pindahan ke Jakarta ini, agak-agak susah. Saya bener-bener pusing milih mana barang yang saya tinggal, dan mana yang saya bawa. Termasuk mana yang saya buang. Akhirnya sih saya milih bawa semua-muanya. Semua saya masukin dos dan kirim ke Jakarta.

Semua termasuk dompet dagadu murahan yang beli bareng sepupu saya, yang ketika itu saya mengalami hari yang menyenangkan di Malioboro. 
Tas pink dari mantan saya, yang udah buluk dan nggak mungkin saya pakai lagi, bahkan kalaupun masih bagus juga saya males pakai tas warna pink. 
Jeans yang lututnya robek karena saya tabrakan motor pas saya mau dateng ke ulang tahun temen saya. 
Kajal yang smudge abis kalau dipakai, oleh-oleh ses Sekar dari Arab.
Syal rajut warna biru yang jarang saya pakai karena saya memang nggak demen pakai syal, buatan tangan ses Tintas.
Kalung aneh kaya mainan murahan warna-warni hasil beli di Bali ketika saya ke Bali bareng temen-temen se-geng.
Skripsi yang saya tahu nggak bakal saya pakai lagi.
Rak tempat saya menyimpan kosmetik pertama saya, walau di Jakarta saya tahu pasti ada rak semacam itu juga.
Kaos buluk dan agak kekecilan yang saya beli di Bali kembaran sama sahabat saya.
Bandana pink yang saya rampas paksa dari salah seorang teman saya.
Kondom rasa pisang yang saya beli dari apotik dekat kos karena saya dapet tantangan saat main "truth or dare" :p
Botol-botol, kertas-kertas, rekaman-rekaman... dan lain-lain.

Semua itu saya packing, saya nggak mampu untuk membuangnya atau meninggalkannya. Saya mau barang-barang itu ada terus bersama saya. Meski kemungkinan besar nggak akan saya pakai juga, meski bawanya susah dan pakai diomel-omelin karena bawa begitu banyak barang yang nggak penting.

Ada kejadian lucu saat mas pacar bantu saya packing. Mas Pacar menemukan tas warna emas, bagus dan mahal, yang saya tinggal begitu saja di Jogja, sementara tas buluk warna pink yang nggak mungkin saya pakai lagi malah saya bawa. 

Mas Pacar tanya: "Ini nggak dibawa?"
Saya: "Nggak udah lah. Menuh-menuhin aja".
Mas Pacar: *memandang nanar tumpukan tas buluk, dompet usang, jeans robek, rak, kondom, dan lain-lain*

Yang saya sadari, sesaat sebelum saya menuliskan ini, makanya kemudian saya memutuskan untuk menulis, adalah: saya nggak berat meninggalkan tas emas yang mahal itu, karena saya nggak punya kenangan apapun terhadap tas tersebut. Tapi saya membawa kondom rasa pisang karena bersama benda itu saya mengalami kejadian yang menyenangkan.

Mmmm...saya harap teman-teman bacanya dari atas. Karena kalimat terakhir pada paragraph sebelum ini kalau di baca tanpa membaca keseluruhan isi cerita akan terdengar anu.

Kenangan memang bikin kita berat meninggalkan sesuatu atau seseorang. Tapi saya selalu menghibur diri, bahwa saya akan membuat kenangan baru yang lebih indah di tempat yang baru kelak, dan bahwa saya nggak akan kehilangan orang-orang di tempat yang lama karena kenangan-kenangan akan mereka akan selalu ada di hati.

4 comments:

  1. Kenangan akan terus ada, meski hanya mampir sebentar di kehidupan kita. *rada curcol*

    Dan entah kenapa Bra, baca post ini bikin aku merasa agak sendu terenyuh dan teringat sebuah kenangan yang baru saja aku tinggalkan. >.<

    ReplyDelete
    Replies
    1. Spa braaa. Spa bikin perasaan lebih hositip & enakan. Yakin deh.

      Delete
  2. Replies
    1. Nggak bra. Udah nemu jawaban template untuk yth hater2 anonim.

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...