sumber: http://smashinghub.com/breathtaking-nature-photos-that-refresh-your-mind.htm |
Awal kisah rindu tentangmu adalah ketika kamu berkemas dengan tergesa, seakan hidupmu tinggal sehari. "Aku ingin melihat dunia," katamu. Tidakkah cukup dengan melihatku? Katamu aku yang terindah bila dibandingkan segala bunga dan gunung, bahkan semesta.
"Aku ingin membuktikan ucapanku sendiri, bahwa kamulah yang terindah. Aku akan menyelam ke danau Malawi hanya untuk mengingat rasanya tenggelam dimatamu. Dan menyusuri sungai Yangtse hanya untuk merindumu. Dan akan kuceritakan keindahanmu, sehingga Gunung Meru pun cemburu kepadamu."
Mataku mengiringimu, pergi merinduku.
"Rindukan aku.. Rindukan aku.." Bisikku.
Beginilah rasanya dirindu. Tersenyum dan menggigil menantimu. Bisikan untuk merinduku masih setia kutiupkan kepada angin. Katamu kau yang merinduku. Tapi aku yang menggigil pilu. Sampai pada suatu waktu datang ketukan di emailku: "Memang, kamu lebih indah dari Kilimanjaro".
Bila aku memang lebih indah dari segala hal, pulanglah...
Saat itu seakan angin menerpaku. Mengembalikan bisikan, "Rindukan aku.. Rindukan aku.." Tapi hanya suaraku yang terdengar. Bukan balasan darimu. Hanya pesan yang tak sampai. Dan kembali kepada asal. Dan kesadaran perlahan bergulir.
Kita ini sama dalam banyak hal. Aku menginginkan dirindu. Kamu menginginkan 'seakan merindu'. Kamu tidak merinduku. Kamu hanya menyukai cerita tentang merinduku. Aku mencintaimu, dan kamu mencintaimu juga. Kamu mencintai dirimu yang seakan merinduku. Selamanya aku akan bersaing dengan dirimu. Untuk merebutmu.
Email tentang Kilimanjaro mungkin sudah berdebu, tertimbun beragam kejadian dan keadaan. Tapi dimalam ketika bulan seakan hanya sejengkalan, mendadak aku mengingatmu, sang Perindu.
Lalu kuberanikan menyapamu
Hai...
Bagaimana kabarmu?
Kabarku baik, tapi pasti kamu tidak terpikir bahkan untuk sekedar memikirkanku.
Tapi tak mengapa. Tetap kusapa kamu,
"hai.."
Tetap kuberitahu bahwa kabarku baik, aku bahagia dalam segala hal yang tidak terkamu...
{send}
Auw Auw auuuw...
ReplyDeletePuitis sekali kakaaak.
Sampe terharu .. :')
Kok terharu... T.T
Deletemerindu dan menyukai cerita bahwa dia sedang merindu, ya memang beda... wooww... dalem nich..
ReplyDeletememikirkan rasa cinta dan memikirkan perasaan orang yang dicintai, memang dua hal yg beda dan tersamar... dan yg udah ngalami yg bisa membedakannya...
hikz... hikz... sroot... salut atas kemampuan jeng arum membuat deskripsi perasaan...
Saat dicintai atau dirindui juga kita harus jeli. Apa yang dia cintai? Diriku atau perasaan mencitai diriku ;)
Deletemencintai seseorang dan mencintai perasaan cinta... Waa... dalem bener kalo dipikir & dirasa...
Deletekebanyakan perempuan ngga berpikir sejauh ini, jeng, memang kalau dilihat secara jeli, bedanya ada pada prioritas.
Kalo mencintai seseorang, prioritas adalah obyek yg dicintai.
Kalo mencitai perasaan tentang cinta kepada seseorang, yang diprioritaskan adalah perasaan subyek itu sendiri, yg ini definisinya mengarah ke selfishness, prioritas bukan pada obyek yang dicintai...
Wah koq aq jadi berpikir melankolis begini ha ha... :)
Sesekali melankolis nggak apa-apa, Deasy. Tahukah kalau kebanyakan orang-orang melankolislah yang berperan sebagai penggerak kepedulian untuk banyak kelaparan dan kekerasan di dunia? ;)
DeleteWah yg ini aq ngga tahu kalo orang melankolis cenderung berbakat jiwa sosial jg^^
DeleteHihihi...aku juga cuma baca2 artikel sih. Katanya begitu. Tapi ya secara alami tipe melankolis itu gampang tersentuh dan menularkan perasaannya ke sekitar.
Delete*FYI, aku bukan melankolis. Menurut beberapa tes psikologi aku Koleris ;)