Translate

Thursday, April 4, 2013

Salam Damai Dalam Kasih Tuhan

Judulnya berkesan religius, ya? Saya jadi agak-agak bangga :D. Tenang, saya nggak bakal posting yang bau-bau SARA kok. Soalnya sejujurnya saya lebih suka yang saru-saru daripada yang sara-sara. Jadi dibaca saja. Dengan hati bersih dan tulus.

Saya ini termasuk orang yang jarang ke Gereja. Iya, memang katanya hukumnya wajib bagi umat Katolik untuk beribadah ke Gereja setiap minggunya. Kadang berat lho. Ada perasaan berat, merasa nggak sanggup.

Banyak hal sih yang kemudian saya jadikan alasan. Entah ya, memang ini hanya alasan saya, atau ini cuma alasan yang saya buat-buat untuk membenarkan tindakan mangkir ibadah saya. Karena saya pun nggak menilai diri saya benar. Bahkan terkadang saya nggak mengenali diri saya sendiri.

Sekian banyak alasan nggak mungkin tertuang dalam satu posting. Maka saya ambil alasan yang berhubungan dengan perdamaian.

Salah satu ritual misa atau ibadah ala Katolik adalah "salam damai". Kayak gimana tuh? Ah..cuma salam-salaman formalitas ke orang disekitar sambil saling berbagi ucapan "salam damai dalam Kristus". Formalitas? Lha iya. Wong selama saya ke Gereja, saya jaraaaaannnggg sekali menemui orang yang menjabat tangan saya sambil menatap mata saya saat salam damai. Biasanya sih kita hanya saling menyentuhkan tangan sekilas, membisikan "mai tus" sambil lalu, sembari mata jelalatan ke arah lain.

Ehm...mungkin saya terlalu sensitif. Ya maaf sebelumnya. Tapi saya merasa nggak nyaman kalau ada yang menyalami saya, memberikan ucapan salam perdamaian, tapi nyuekin saya. Nggak membalas pandangan mata ataupun senyum saya. Iya, saya sedih. Dan itu terjadi setiap saya ke Gereja.

Mungkin bakalan ada yang bilang, "kalau situ niatnya ibadat ya nggak usah mikirin yang begituan." Saya nggak bisa :(. Sedapat mungkin saya cuek, saya selalu kepikiran. Saya sensi. Saya diiirrrtiiii.

Ucapan perdamaian bukan sesuatu yang bisa diucapkan sepintas lalu dan kemudian dilupakan. Duh, bagai ngomong "I lap yu" ke seseorang tapi habis itu jadian sama orang lain deh T.T.

Yang kedua adalah, ada doa yang sangat indah yang harus diucapkan ketika kita ke Gereja. Doa itu indah banget, dan kuat menurut saya. Nama doa itu: "Bapa Kami". Dan sungguh, itu bener-bener doa yang indah.

Sejak kecil saya dibiasakan untuk mengucapkan doa tersebut. Saya sudah hapal luar dalam doa tersebut. Saya bisa dengan spontan mengucapkannya sebelum saya jatuh tertidur. Dan baru pada suatu titik, saya kemudian merenungi artinya. Bayangkan, berdoa secara spontan bertahun-tahun tanpa merenungi maknanya. sungguh saya ini manusia beragama macam apa :')

Penggalan doa "Bapa Kami" inilah yang berhubungan dengan postingan ini: "...dan ampunilah kesalahan kami. Seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami."

Indah, kan? Sangat indah.

Tapi bisakah kita mengucapkan sambil menjalankannya?

Saya manusia biasa. Terkadang saya bisa, tapi ada kala waktunya saya begitu pemarah dan pendendam. Sehingga mungkin kesalahan saya belum terampuni, sehingga saya takut berdoa "Bapa Kami" dan memilih menghindari.

Ada kalanya waktu...
Tidak selalu...

8 comments:

  1. Huhuhu... Aku juga kadang berasa asdffghjklkjhgfdsa waktu salam damai yang disalami kagak natap balik, noleh cari salaman lain, bahkan 'menggenggam' jabatan tangan pun ngga.. T_T *nunut curcol* *salamin kak arum*
    Semoga hal2 kecil macam salaman begitu kagak mengurangi rasa cinta kita ke Tuhan kak. :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. *salamin saby* :D

      Ya maunya gitu deh, ya. Tapi gimana donk, namanya juga sensitip berlebihan. Perasaan aku halus soalnya. Melankolis gitu. Jadi yang kaya beginipun kepikiran banget :D

      Delete
  2. JLEEEEBBBB banged ma penggalan doa Bapa Kami'nya jeunk
    maapin orang yg bikin salah ke aq aja susahnyaaaaaa minta ampun....eh waktu berdoa aq "waton njeplak" aja ucapin penggalan kalimat itu....
    huhuhuhu...koreksi diri...koreksi diri....
    xixixixixi...
    jeunk klo lagi mood ke Gereja'nya mana?ntar klo ketemu ma aku kan bisa salaman sambil senyum2...hehehehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salah seorang temenku sih malah suka banget ngucapin dan memaknainya terus. Bukan karena dia sempurna & pemaaf, tapi katanya sebagai pengingat aja. Sebagai pemacu semangat untuk berusaha selalu memaafkan. Jadi memang tergantung bagaimana cara memaknainya :').

      Aku pindah2 je, jeng. Tergantung lagi punya gebetan di Gereja mana x). Sekarang sih kayaknya lagi ke arah2 Minomartani, Pringwulung, dan Kristus Raja Baciro. Tapi ppaling anti sama Kota Baru :D.

      Jogja juga? Kalau kamu Gereja mana biasanya?

      Delete
  3. iya jogja juga....
    gereja paling deket ma kostQ sih Pringwulung..sama kapel susteran CB (klo gag salah sebut) jadi seringnya di 2 tempat itu....

    baca2 blog'nya jeng satu ini jadi pengen curhat di blog juga....
    hehehehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku nggak tau kapel susteran CB. Maklum, daerah kekuasaanku nggak meliputi tempat ibadah x)

      Bahahaa...ayo kita galakan blog galau ^^

      Delete
  4. yang pinggir jalan gejayan itu mbak kapelnya...
    hehehehe....
    menguatkan hati sik buat nulis di blog..xxixixi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, cungguh deh, aku nggak tau. Hahahahaaa #nggakgaul

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...