Translate

Wednesday, April 25, 2012

Saya Belum Bisa Meninggalkan Blog Ini, dan Kali Ini Ingin Bercerita Mengenai Oom-Oom Senang

http://ichur.com/page/8/


Wah, ternyata saya nggak bisa meninggalkan blog galau saya yang satu ini (__"). Dan memutuskan untuk tetap memelihara dua buah blog. Walai di blog sebelah pada post ini, saya menulis bahwa hanya akan aktif menulis di Racun Warna-Warni saja. Becoswat? Becos ternyata banyak sekali yang masih ingin saya ceritakan diluar makeup, dan yang nggak mungkin saya ceritakan di beauty blog, walaupun itu juga merupakan blog pribadi saya.

Saya berusaha menampilkan diri saya apa adanya baik di blog ini maupun blog itu, tapi di Racun Warna-Warni, entah kenapa, kok saya merasa punya batasan-batasan tertentu yak? Ada hal-hal yang nggak mungkin bisa saya ceritakan di beauty blog. Contoh saja ya:

Minggu lalu saya janjian dengan teman-teman untuk nongkrong-nongkrong di suatu cafe di Jogja (maap namanya disensor). Tapi seperti biasa, teman-teman saya mengikuti waktu WIB, Waktu Indonesia Bersuka-suka, jadi suka-suka mereka, janjian jam 8 suka-suka kalau mau datang jam 11 *toyor satu-satu*. Jadi malam-malam jam 8, saya sampai duluan di cafe. Dan tebak, cafenya sepi. Saya memilih lantai dua, karena lebih privat untuk acara ngobrol nggak sopan plus cekakak-cekikik biadab bersama teman-teman saya yang bar-bar.

Lantai dua cuma ada saya dan satu orang mas-mas berkumis tipis (om-om lebih tepatnya) yang sedang asik mantengin layar laptop. Setelah mencatat pesanan rewel saya (mie-nya jangan kelembekan, jus melonnya gag dikasih gula, pakai sumpit jangan sendok, bla bla bla) si waiterpun turun kebawah, karena dapurnya di bawah. *apakah perlu saya jelaskan untuk apa waiter turun kebawahh???*.

Kembali saya berduaan dengan om-om berkumis tipis.

Saya membuka laptop saya, dan berselancar di dunia maya. Saya cuekin om-nya, lagian nggak gantheng dan kelihatannya nggak bawa duit. #eh? Tapi si om mendekati saya dan menyapa, "selamat malam". Ya sebagai anak yang baik, saya harus sopan dong terhadap bapak-bapak yang menyapa. Lalu saya jawab, "malam, Pak. Maaf ada apa ya?" Saya sengaja memanggil "pak" dan bertanya "maaf ada apa" untuk menciptakan batasan. Mengerti? Bagus.

Ternyata si Om eh Bapak malah duduk di depan saya, dan mengajak saya ngobrol ngalor ngidul. Saya cuma "hehe", "hmmm", "oh", pokoknya bereaksi jengah, untuk menyatakan saya tidak tertarik dan merasa terganggu. Obrolan sempat terputus oleh waiter yang mengantarkan pesanan saya. Mungkin karena merasa dicuekin habis-habisan, si om akhirnya berkata:

"Begini, mbak. Saya sih nggak pengen basa-basi kelamaan, soalnya mbaknya juga kayaknya nggak tertarik dengan hal lain. Jadi langsung saja ya, kita ngomongin harga. Harga seperti biasanya kan?"

WHAT THE.........

Nah, pada titik ini perhatian saya langsung tertuju sepenuhnya pada si Bapak hidung belang kumis tipis. Harga? Hmmm...gini ya, saya bukannya mau men-judge dan merendahkan profesi wanita penghibur atau apalah sebutannya. Cuma kenapa sih orang nggak bertanya dulu sebelum menyimpulkan kalau cewek-kaos-merah-dan-nggak-pakai-maskara-yang-dia-lihat-di-meja-seberang itu wanita penghibur om senang?

Saya berusaha bersikap netral. Tarik nafas, hembuskan, tarik nafaaaasss, hembuskan. Saya berusaha untuk nggak marah. Saya berusaha saja bersikap netral seolah-olah si om salah mengenali saya sebagai seorang dokter gigi, atau seorang pemain sinetron. Saya bilang saja dengan tenang, kalau saya bukan seperti yang dia pikir, da, kalau saya disini sedang menunggu teman-teman saya yang datang terlambat.

Tapi si om nekat. Dia bilang, daripada menunggu teman yang nggak jelas datang kapan, mending saya pergi sama dia katanya. Ihhh...apakah??? Saya masih menolak halus sambil berkemas-kemas *by the way, saya berkemas karena mau pindah ke lantai bawah dan menjauhi si om, bukan mau ikut si om*. Tapi si om semakin nekad dan mendesak, bahkan berani memegang laptop saya, untuk menghalangi saya berkemas.

Saya terpaksa bersikap kasar, "TOLONG YANG SOPAN YA, PAK!" Dan saya melupakan laptop saya, langsung turun dan mencari karyawan cafe untuk melaporkan kejadian tadi. Saya bergegas menuju meja kasir, yang jelas ada orangnya. Tapi sebelum saya bicara apa-apa, si om senang sudah turun, menaruh uang di meja kasir lalu pergi. Dan ketika melewati saya, dia membisikan makian.

Saya bengong sesaat, lalu tiba-tiba pundak saya di tepuk dari belakang. Ternyata salah seorang teman saya datang. Tapi sayangnya, nafsu hahahihi saya sudah menguap. Di tawar om hidung belang sekaligus dimaki dalam satu hari yang sama itu menguras energi, Jendral. Jadi saya cuma duduk dengan tatapan menerawang melihat teman-teman saya yang asik bergojek kere semalaman.

Saya tidak tahu, pelajaran apa yang bisa saya petik dari pengalaman saya ini. "Jangan janjian sama teman yang suka datang telat" Atau "jangan datang terlalu ontime saat janjian dengan teman yang selalu datang telat"? Yang jelas, untuk waktu yang nggak bisa ditentukan, saya nggak akan datang ke cafe itu lagi.

Nah, cerita itu yang gatal pingin saya bagi. Menarik sih, soalnya baru kali ini saya ditanyain harga saya berapa.Pengalaman semacam ini saya rasa nggak mungkin saya bagi di Blog sebelah. Kalau saya nekad, bisa-bisa mbak-mbak cantik follower blog sebelah pada kabur >'<. Jadi ada baiknya saya tetap mempertahankan blog ini untuk tempat saya menggalau buta.

**FYI, laptop dan barang-barang saya nggak ilang kok. ^^

12 comments:

  1. Nyiahahahahahaaa, Mbakeee...!!!

    aku nyasar kesini eh, baca cerita syerem macam beginian. hihi..

    wahserem serem sereeem!! edyan mbak, harusnya soundtracknya keong racun kali yha. wkwk..

    positif aja mbak, mungkin kamu itu keliatan cantik jadinya terkesan tawarable bwt si om om.wkwk..

    btw, aku harus cari tau nama kafenya nih.. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya horor banget ini. Mana pas saat aku nongkrong itu, bau minuman keras. Sepertinya sih, di lantai bawah lagi ada pesta miras (ndak tau deh, waiter2nya kali).

      Nama ndak bakal ditulis disini. Jadi kalau kopi darat, nanti tak bisikin. Okeh?

      Delete
  2. Tendang aja kalo kaya gitu mbaknyaaaa...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Heii, mbak dokternya anarkis :D

      Pengennya sih nendang, Phong. Tapi jaman sekarang kita harus hati2, udah banyak yg sadar hukum. Walau tujuannya membela diri, tapi teteup aja kalau kejadian, aku yang bakalan jadi pesakitan di kantor polisi dan di cap penganiaya. Soale si om nggak menyakiti aku secara fisik + nggak ada saksi juga ^^

      Delete
  3. Syerem amat mbakkkkk. . .
    mungkin tuh si om gatel gak tahan dengan pesonamu kali mbakkk, hohoho

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oh...baiklah
      *brb pasang tarip* *buka web jualan*

      Delete
  4. Mbak aruum, aku salah satu silent reader nih di blogmu yang racun warna-warni hehe. Baru tahu mbak juga punya blog ini. Mbak aku follow blogmu ya :). Follow blogku juga dong mbak ayummm, sekalian main-main dan komen-komen cantik hihi.

    http://crazylittlethingcalledhomework.blogspot.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haloo. Thanx ya udah main2 :). Aku suka kok blogwalking ke blog kamu juga, tapi emang jarang2 ninggal komen. Maklum blogwalkingnya suka pas jam kerja :)))

      Delete
  5. aku juga waktu SMA pernah ditawar mbak, pas main sama teman dipantai pake seragam sekolah, tau2 dideketin org di tanya harganya berapa dek?

    mau tak jeburin laut sekalian rasanya huh!!!

    btw baru tau mbak arum ada blog lain selain ini heheee, aku follow yak ^_~

    http://wind-atree.blogspot.com/

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ihh kurang ajar banget tuh, Win. Kalau sampai nawar anak pakai seragam SMA. Tendang aja!!

      Bahahak..iya. Blog yang ini tapi ya nggak spesifik bahas apa gitu. Cuma ajang galau aja. Makasih banget kalau di follow :D

      Delete
  6. Halooo Arum, aq nyasar kesini dr racun warna warni trs baca2 non stop soalnya seru2 di sini cerita2nya hehehe, i am going to follow this blog as well :). Aq suka banget cara kamu nulis dan bercerita :).
    Ngomong2 soal di tawar, aq dl sma lg ke mall sm temenku (aq pake baju gbr tweety lo..) waktu ngafe di cegat sm segerombolan oom2 korea gitu maksa2 gabung n tanya how muh how much gitu zzzz

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai, Mindy.
      Makasihhh ya udah main ke sini. Kalau yang di sono ibaratnya ruang tamu, nah yang ini tempat tidur deh. Bahahahakk..
      Ternyata banyak juga ya yang punya pengalaman di tawar. Si oom2 senang itu kenapa sih suka nawar sembarang orang? Anakl kecil juga ditawar pula. Nggak papa sih hak mereka ya kalau mau gitu-gituan. Cuma kenapa nggak menawar pada tempatnya gitu lho, di lokalisasi setempat misalnya ^^

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...