"Serial Supernova"
Beberapa dari karya Dee Lestari yang saya sangat-sangat-sangat suka :)
@windyariestanty kata sifat adalah musuh dalam menulis. hindari menggunakan kata sifat untuk mendeskripsikan sesuatu. #deskripsi #writing
Contoh deskripsi pemandangan lingkungan tempat tinggal:
"Itu jalan ke mana?" Tanya saya ke Dwi ketika melihat celah selebar badan di antara kamar. "Itu jalan pintas menuju sawah. Baru dibuat". ~ @windyariestanty
See? "Celah selebar badan" lebih deskriptif dan memberikan gambaran daripada "celah kecil". Layar di depanku berkedip manja, mataku lelah. dudukku pun teronggok malas, di depan meja yg sekarang hanya setinggi dadaku. ~ @willzenas
Kata Manja, Lelah, dan Malas merupakan kata sifat! Yang selanjutya oleh Dee Lestari disebut sebagai "Telling". Dee Lestari menyebut deskripsi menggunakan kata sifat sebagai "Telling", dan deskripsi menggunakan kata benda sebagai "Showing".
@deelestari #deskripsi yg 'telling' dan bukan 'showing' kerap mengganggu krn menyempitkan imajinasi pembaca, alih2 melebarkan/memperkaya.
@deelestari #deskripsi 'telling' juga memiskinkan Si Penulis krn cenderung terseret jd klise.
@deelestari jd, problem #deskripsi 'telling' berimbas ke penulis & pembaca. buat saya, klise adlh musuh lbh besar lg drpd kata sifat
Selanjutnya tentang pengalaman "belajar":
@windyariestanty ...dulu, salah 1 cara saya belajar nulis adalah mendeskripsikan 1 benda hidup & 1 benda mati setiap harinya. #deskripsi
@windyariestanty ini metode sederhana. Namun, justru akan melatih kepekaan kita terhadap segala sesuatu di sekitar, sekecil apa pun itu. #deskripsi
@windyariestanty hal-hal detail kecil itulah yang membuat tulisan lebih hidup. Cara orang senyum, gerakan khas seseorang, bahkan aroma. #deskripsi
Cara Windy Ariestanty berlatih menulis, mungkin bisa kita tiru. Dengan mendiskripsikan hal-hal detail mengenai benda-benda di sekitar kita setiap harinya, selain belajar menulis, secara tidak langsung juga melatih kepekaan kita terhadap lingkungan sekitar.
Namun, deskripsi secara showing ternyata juga bisa menjadi jebakan bagi penulis. kita juga harus memperhatikan mengenai "efektivitas kalimat" dan "ritme":
@deelestari Tp, dlm gambar yang lebih besar, kita juga jangan terjebak dlm 'keharusan' untuk melulu #deskripsi 'showing'. justru harus ekstra hati2.
@deelestari kalau tidak dilakukan efektif & pemilihan kata2 jitu, #deskripsi 'showing' punya efek 'slowing'. alias tempo lambat.
@deelestari buat tipe pembaca kayak saya, yg cenderung ingin cepat menuai sesuatu, bukan dibuai2, 'showing' yg berlebihan jd penghalang.
@deelestari ketika penulis ingin sekali 'showing' sampai tidak peka sama tempo cerita, akibatnya tulisan dia jd mutar2 & berbunga2.
@deelestari itu sering saya jumpai kalau lagi jadi juri lomba nulis. Untuk ngasih tahu lagi hujan aja bs 1 paragraf sendiri (angkasa memuntahkan air mata, blablabla).
@deelestari Jd, kunci dalam #deskripsi mnrt sy hrs meliputi efektivitas kata & peka tempo. Gunakan 'showing' di titik yg tepat.
@deelestari Plot adlh bahan utama dr tulisan kita. #deskripsi ibarat mendandani plot dengan aksesoris. Pas, ia cantik. Lebih, ia menor.
Windy Ariestanti juga membenarkan pernyataan Dee Lestari, bahwa Ritme tulisan juga perlu dijaga.
@windyariestanty deskripsi yang berlebihan itu menimbulkan efek "pelan". Kalau tidak menjaga ritme, maka akan menimbulkan kebosanan.
@windyariestanty mengolah #deskripsi itu ibarat koki meramu masakan. Kalau terlalu berlebihan juga tidak bagus.
@windyariestanty saya sering mengibaratkan #deskripsi itu seperti jebakan. Kalau keasyikan justru menyesatkan penulis sehingga jauh dari tujuan awal.
@windyariestanty efektivitas kalimat bisa dipelajari. Tapi ritme? Ini susah. Saya gak tahu teorinya. Ritme terbentuk karena latihan terus-menerus. #deskripsi
@windyariestanty ritme atau tempo ini relatif. Kalau kata a.s Laksana, setiap orang punya tempo-nya sendiri. Nah, yang bisa dilakukan mengenali tempo kita.
@windyariestanty baca ulang tulisan, kenali penggalan napasmu ketika membacanya. kalau kamu tersengal, apalagi orang lain (pembaca). Revisi bagian itu.
Saya pernah membaca sebuah blog, yang cara penulisannya membuat saya tersengal, seperti yang dideskripsikan oleh Windy Ariestanty
Contoh penulisan yang membuat saya tersengal
Nah, cerita di blog ini adalah "nama baik" sang Dekan FEMA IPB yang tidak saya kenal itu, barusan sajadi twitter.com dijual-jual oleh si "penyanyi baru" sang sepertiga dari trio dalam album tersebut di atas, bernama Dee Djoemadi alias @deedeekartika. Dan nama Dekan FEMA yang dia jual dikait-kaitkan dengan nama baik saya dengan mengatakan saya tidak pernah lulus Doktor dan disertasi saya dibuatkan orang. Haaalllaaaaah... gila betul keduanya ya?! Tentu kalau benar mereka berdua secara nyata telah melakukan pencemaran nama baik serta perbuatan tidak menyenangkan seperti yang tertuang di dalam Pasal 310 dan 311 KUHPidana. ~ Dr.Hj. Marissa Haque Fawzi, SH, MHum, MBA (@haquemarissa)
(Tulisan tersebut saya ambil dari http://anak-anakbundamarissa.blogspot.com )
Sebelumnya maaf, saya tidak bermaksud membahas Marissa Haque si penulis blog. Saya hanya mau membahas mengenai cara penulisan. Perhatikan tulisan diatas tersebut! Pemilihan penggalan kata, efektivitas penggunaan kalimat, dan deskripsi yang berlebihan menyebabkan pembaca "tersengal' saat membacanya.
Exercise:
Kalau punya tulisan, pilih satu halaman. Lingkari kata-kata sifatnya dan coba ubah jadi deskripsi 'showing'. Setelah diganti semua, baca ulang. Rasakan temponya. hilangkan yang terasa tidak esensiat atau melambatkan. Baca ulang lagi. Rasakan. revisi lagi hingga ketemu titik imbang antara jumlah deskripsi dan tempo. Selamat mencoba.
Nice article. Thank you uda share :D
ReplyDeleteSama-sama :)
ReplyDeleteThanx yah udah mampir :)