Translate

Tuesday, November 20, 2012

Resah Mikir Hari Depan

Ini hanyalah sepercik obrolan saya dengan teman saya. Mungkin nggak menarik, tapi sungguh bikin hati saya galau. Sebenarnya yang kita obrolkan saat itu adalah mengenai korupsi, PMA, dan BP migas, yang mana saya tidak tertarik menuliskannya. Tapi kemudian menyerempet pada bagaimana cara kita menjalani kehidupan.

Terkadang ada kalanya hati kita tiba-tiba resah soal apa yang kita hadapi di hari depan nanti. Iya, nggak? Tiba-tiba cemas dan mengerutkan kening, bagaimana kehidupan saya sepuluh tahun ke depan? Berapa tabungan saya? Bisa nggak saya bersenang-senang dan mencapai kebebasan finansial? Bisa nggak saya menghidupi keluarga dan anak-anak saya?

~ sampai disini bagi yang mau berkomentar: "hidup bukan hanya soal harta" lebih baik nggak usah diteruskan bacanya saja. Iya, saya tahu persoalan hidup bukan hanya soal harta. Tapi di tulisan ini saya lagi kepengen nulis soal manusia dan harta ~

Orang tua sering bilang: "yang penting kerja yang jujur dan berbuat baik. Pasti hidup berkecukupan". Tapi lalu saya melihat-lihat di sekitar saya. Banyak lho orang yang sudah bekerja dengan baik, hidupnya lurus, dan pikirannya lurus nasibnya begitu-begitu saja. Dan banyak juga orang yang kerjanya biasa aja tapi banyak koneksi malah karirnya melesat tinggi.

Kebetulan teman saya yang saya ajak bicara-bicara ini juga salah satu karyawan industri permenyakan. Tau sendiri lah, bekerja di industri itu gajinya cukup besar. Dulu saat jaman kita pertama lulus, senang bukan kepalang lah dia keterima kerja di situ. Di usia semuda itu sudah bisa bantuin finansial keluarganya, sudah bisa beliin henpon untuk adiknya, nyicilin mobil untuk orang tuanya, dan jelas bisa bersenang-senang.

Menabung? Setahun pertama belum kepikiran. Kerja tahun pertama ya buat seneng-seneng dan nyeneng-nyenengin orang tua dulu. Nanti-nanti aja lah urusan menabungnya

Tahun kedua? Yaa...nabung dikit lah. Masih akan ada tahun-tahun selanjutnya. Toh dengan gaji sekian saya bisa memperkirakan pengeluaran saya sekian, masih cukup kok.

Begitu seterusnya.

Terlalu dibuai oleh kenyamanan finansial. Dibuai oleh kata-kata: "yang penting kerja yang jujur dan berbuat baik". Lalu kemudian disaat kita sudah kerja dengan jujur dan berbuat baik, situasi berubah di luar kehendak kita. Lalu mendadadak industri tempatnya menyandarkan diri gonjang-ganjing. Nasib karyawan terkatung-katung.

Lalu apakah "yang penting kerja yang jujur dan berbuat baik" itu masih relevan dijadikan nasehat untuk jaman sekarang ini? Kayaknya harus direvisi nih...

Kalau memperhatikan tulisan-tulisan saya sebelum-sebelumnya, saya memang kurang sepakat sama sistem karma, dimana yang berbuat baik pasti menang dan yang berbua jahat dapat ganjaran. Mungkin sistem karma itu masih berlaku di dunia persinetronan indonesia, tapi sepertinya nggak di dunia nyata.

Saya lebih sepakat orang berbuat baik karena memang dia baik. Tanpa iming-iming karma baik pun tetap saja akan berbuat baik.

Eh...dan saya rasa kok "Love What You Do" juga sudah nggak relevan sekarang. Nggak ada gunanya. Saya lebih sepakat "Do What You Love".

~ Urip sak-sakmu dewe, mbak? ~

Ya sudah lah. Celotehan kali ini memang murni celotehan galau. Nggak bisa diambil kesimpulan karena sayapun nulis sambil galau. Hanya surhat yang tak berujung. Mulai cocok lah kalau blog ini bener-bener dilabeli sebagai blog galau..

2 comments:

  1. Ah, pengen nemenin mbak Arum yg lg galau^^
    Numpang menggalau di sini ya, mbak... (mudah2an nda diusir) he he...
    Iya, mbak terkadang bayangan kekhawatiran masa depan mengendap2 menyusupi pikiran dan hati...
    Hidup makin lama makin sulit, makin bertambah umur juga ngga makin mudah...

    Akankah suatu saat saya bisa memperoleh pekerjaan atau membuka usaha yg bisa menjamin hari tua dan bisa menopang keluarga saya...
    Berapa lama lagi saya harus terperangkap disini...

    nasib juga terus berputar, akankah saya bisa menambah keberuntungan saya di masa depan...
    akankah saya tetap bisa mempertahankan hal2 berharga yg sekarang ini saya miliki, berapa lama semua ini dapat bertahan...

    *curcol abis

    Iya, mbak saya juga tipe orang yg ngga seratus persen percaya dengan karma seperti yg mbak Arum sebutkan... dan 'Love what u do' itu juga ngga sesuai dengan saya.
    Kerja keras, kerja jujur dan lempeng juga ngga menjamin... Karena sekarang ini yg dibutuhkan adalah 'Kerja cerdas' bukan 'kerja keras'

    Ah tapi saya nge-fans sama blognya mbak Arum yg ini, saya koq jadi pengen bikin blog galau juga aha ha ha... :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yah namanya juga manusia. Punya akal budi, punya pikiran. Sudah kodratnya kita meresahkan hari depan. Itulah bedanya kita dengan hewan yang hanya berpikir untuk mempertahankan hidup saat ini :D

      Masalah aku berusaha mendoktrin diriku dengan "do what you love" sih.. Aku tipe yang mati2an berusaha mencintai apa yang "harus: aku kerjakan. Tapi semakin kesini kok kayaknya kata2 itu nggak relevan lagi. Sebesar apapun aku berusaha mencintai yang "harus" aku kerjakan, ya tetep segitu2 aja perkembangannya. Dan iya, kemudian aku jadi pesimis.

      Tetap melakukan apa yang harus aku kerjakan sih. Soalnya butuh makan, beli makeup, bayar tagihan listrik, dll. Tapi juga nggak pengen ngoyo. Tetep menyisakan buanyak waktu untuk melakukan sesuatu yang aku cintai :D

      Aduhh, masa ngefans, aku kan bukan selebritis ataupun petinggi komunitas apapun. Hahahaha...

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...