Translate

Wednesday, June 6, 2012

:(

Di tepi cabikan hidupku,
sekonyong-konyong pupus jiwa ini terbawa angin ke barat,
jatuh di lembah waktu.
Malam bertemu gelap dan basah,
lembab air mata membuat mimpi-mimpiku berjamur.
Mentari senja semakin mengabur,
dan aku hanya bisa meratapi temaramnya yang lamat-lamat,
tanpa berharap semburatnya memberikan hangat.
 
 
Kadang kesedihan seperti ini tidak bisa dibagi, bahkan kepada orang terdekat. Cukuplah untuk tahu kalau aku sedih. Tampung saja tangisku dalam diam, sambil diam-diam mengusap punggungku yang sesenggukan. Karena sahabat sejati akan menawarkan pelukan meski tahu bahwa dia dipandang tidak pantas untuk paham.


Dalam kesedihan

Saturday, June 2, 2012

Salah satu film yang menggambarkan masa perang yang berhasil membuat saya ngeri selama berhari-hari

Selamat datang bulan Juni :)


sumber: http://hiburan.kompasiana.com/film/

Walau saya nggak suka ke Bioskop, tapi saya suka menonton film. Dan saya suka sekali film yang base on Sejarah. Sekalian menonton film, sekalian kita belajar mengenai apa yang telah terjadi di waktu lampau. Sejarah itu penting untuk pembelajaran. Kalau kita mau instropeksi dan menengok ke belakang, kita bisa belajar untuk nggak mengulang kesalahan-kesalahan yang sama di masa lalu.

Lebih spesifiknya, saya suka film pada masa-masa peperangan.

Menyukai film masa perang bukan berarti saya cinta kekerasan. Setiap kali saya menonton film masa perang, setiap kali pula saya mengutuk kekerasan. Film-film ini terus mengingatkan saya bahwa kekerasan masih banyak terjadi di sekitar kita, dan terus membuat saya untuk bermimpi mengenai dunia yang damai dan penuh toleransi.

Terkadang saya capek bahkan untuk sekedar berkhayal. Rasanya dunia yang selalu menghadirkan kekerasan ini nggak bisa lagi disembuhkan. Susah memutuskan rantai setan yang menghubungakan kekerasan dan  kekuasaan, karena kekerasan yang terjadi jelas berkaitan dengan banyak hal dan banyak pihak. Rasanya kita nggak bisa lagi percaya kepada siapapun, bahkan kepada orang-orang yang di gaji dengan pajak yang kita bayar untuk melindungi kita.

Ketika nafsu untuk berkuasa muncul, seringkali nyawa dan kebebasan orang lain nggak ada harganya.

Tapi kalau saya ~yang masih muda~ capek, apalagi orang lain? Saya terus berkata pada diri sendiri untuk nggak capek bilang benci kekerasan. Meski dianggap aneh, meski dianggap lebay.

Film terakhir yang saya tonton adalah: Flowers of War.

Itu benar-benar film yang mengerikan.

Bukan, maksud saya bukan film yang jelek. Itu film yang bagus. Saking bagusnya menggambarkan kekejaman masa perang sampai-sampai membuat saya ngeri dan terbayang-bayang terus. Film itu menggambarkan kondisi China pada tahun 1937, ketika Jepang menduduki kota Nanking. Sebuah tragedi kemanusiaan dunia yang dikenal dengan nama: Rape of Nanking.

Saya tidak pandai menceritakan mengenai film. Tapi Flowers of War adalah cerita mengenai indahnya pengorbanan di tengah-tengah kekacauan dan kekejaman. Bahwa masih selalu ada sekelumit kemanusiaan disaat kita putus asa berada di tengah-tengah kekejaman.

Tapi bagi yang tidak tahan dengan adegan perkosaan, penyiksaan, dan pembunuhan brutal, lebih baik lewati saja film ini :).



Oh, bagi yang belum pernah mendengar mengenai Rape of Nanking (masa sih?) bisa dibaca disini.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...